close

Tarian Daerah Banten dan Penjelasannya

Belum banyak yang tau bahwa Banten memiliki kesenian berbagai tarian yang sangat unik. Keberagaman gerakan dari berbagai tarian daerah Banten kerap menghipnotis orang-orang yang menyaksikan.

Ada banyak tarian yang mampu menjadi daya tarik untuk orang luar mengunjungi daerah tersebut. Adapun berbagai tarian khas daerah Banten sebagai berikut.

Tari Dzikir Saman

Tari Dzikir Saman yang berasal dari Banten tentu berbeda dengan Tarian Saman yang ada di daerah Aceh. Tarian yang berasal dari Banten tersebut dimainkan oleh para penari pria yang posisinya melingkar. Para penari akan berputar sembari menyerukan shalawat Nabi Muhammad SAW.

Dzikir pada tarian ini tak diiringi oleh alunan musik. Hanya dengan bernyanyi dan menyebut nama Allah SWT dan juga alor beserta gerakan berputar. Tarian Dzikir Saman sering dipentaskan dalam berbagai acara keagamaan seperti Rasullan.

Tari Grebeg Terbang Gede

Nama tarian ini diambil melalui Bahasa Jawa daerah Banten yang artinya “dirempug”. Dijadikan untuk simbol masyarakat daerah Banten yang terbuka, ramah, dan religius. Grebeg Terbang Gede sebagai tarian daerah Banten merupakan kesenian yang bercirikan dengan tradisi.

Tarian tersebut juga umum dikolaborasikan dengan kesenian pencak silat dari daerah Banten. Tema dari Tari Grebeg Terbang Gede yakni tari selamat datang. Maksudnya berfungsi sebagai suatu wujud untuk menyambut kedatangan tamu terhormat.

Tari Maler Bedug

Tari Maler Bedug merupakan garapan baru dari yang disajikan dari Tarian Rampak Bedug. Kemudian dikembangkan dengan beragam alunan musik tradisi yang ada di daerah Banten dengan menerpakan pijakan gerak Silat Trumbu dan Bedug Pamarayan.

Tarian tersebut biasanya ditampilkan oleh para penari wanita. Tarian daerah Banten tersebut dijadikan sebuah tarian untuk pembukaan acara. Selain itu, tarian ini juga ditampilkan sebagai sajian penyambutan tamu.

Editor terkait:

Tari Gitik Cokek

Tarian Gitik Cokek berpijak pada kesenian Tari Cokek yang berasal dari Kabupaten Tangerang. Tarian khas Banten tersebut mempunyai fungsi untuk menggambarkan figur serta para sosok penari cokek yang ada pada saat ini. Tarian ini pun sering dimainkan oleh para penari wanita yang terlihat anggun dan menarik.

Tari Bentang Banten

Tarian Bentang Banten tersebut dikembangkan di sebuah sanggar yang disebut dengan Sanggar Wanda . Beni Kusnandar dan sang istri Wiwin Purwinarti adalah dua orang yang memimpin Sanggar Wanda Banten tersebut. Tradisi kebudayaan yang ada di masyarakat Banten menjadi pijakan dari tari kreasi tersebut.

Tidak hanya Tari Bentang Banten saja yang dilahirkan oleh Sanggar Wanda. Berbagai tarian daerah Banten yang dihasilkan di sanggar tersebut misalnya saja Tari Ringkas Jawari, Rampak Terbang Ciolang, Ahlan Wasahlan, Ngeratib, Dzalail Panggung Jati, dan masih banyak lagi.

Tari Bendrong Lesung

Awalnya, Tari Bendrong Lesung adalah tradisi orang-orang Cilegon Banten ketika melaksanakan penyambutan untuk panen raya. Namun, seiring dengan waktu berjalan, tarian tersebut dipertunjukkan pada berbagai acara persemian dan pernikahan. Tarian tersebut merupakan perpaduan lantunan suara lesung/lisung para penari dengan musik iringan tradisional.

Tari Walijamahila

Tarian tersebut sebenarnya memvisualisasikan sebagai perkenalan Banten yang terkenal dengan potensi alam, daya tarik, derajat ketaatan dalam agama, dan memiliki sejarah turunan dari kesultanan besar. Sedangkan, visualisasi tarian daerah Banten ini dari keragaman budaya misalnya terdiri atas budaya Arab, Etnis China, Jawa Serang, Sunda yang hidup dengan berdampingan.

Hal tersebut dijadikan sebuah bukti bahwa masyarakat Banten memiliki kekompakan dan kebersamaan untuk membangun daerah Banten. Asal nama Tari Walijamahila dari kosa kata Arab dengan makna “daerah yang mempunyai daya tarik dan kecantikan. Dengan kostum religi dan gerakan yang terbilang ceria menambah keindahan tariannya. Hal tersebut memperlihatkan masyarakat Banten yang agamis, enerjik, hangat, ramah, riang, dan terbuka.

Tari Topeng Tani

Tari Topeng Tani adalah kesenian yang bertujuan untuk mengkritik sosial untuk kalangan muda-mudi yang tidak mau menjalani pekerjaan sebagai seorang petani. Pesan yang ada dalam tarian daerah Baten tersebut adalah pekerjaan petani sangatlah membanggakan, bahkan para nenek moyang kita terkenal menjadi petani yang ulung.

Topeng yang dipakai oleh para penari berasal dari bambu yang sudah dianyam dengan bentuk seorang anak muda yang malu dan tidak mau bertani. Meskipun para penarinya menggunakan rok, namun semuanya adalah seorang laki-laki. Jumlah penarinya pun bisa disesuaikan berdasarkan kebutuhan suatu acara.

Tari Ngebaksakeun

Tarian Ngebaksakeun tampak mirip dengan Tari Terbang Gede yang mana sering dimanfaatkan untuk penyambutan tamu terhormat. Tarian daerah Banten tersebut juga identik beberapa gerakan silat yang juga sama dengan Tari Terbang Gede. Hanya saja awalnya tarian tersebut asalnya dari silat trumbu.

Busana yang dipakai oleh para penarinya juga cukup unik yang khas dengan warna biru. Pembedanya dengan Tari Terbang Gede ada pada gerakan silat yang diadopsi. Hal tersebut karena Tari Ngebaksakeun hanya murni atau didominasi dengan gerakan dari silat trumbu.

Tari Katuran

Makna tersendiri yang ada pada Tari Katuran yakni ajakan sekaligus penghormatan berkunjung lagi ke daerah Banten. Hal tersebut karena tarian ini memiliki tema penyambutan untuk orang asing yang datang ke Banten. Seiring dengan kemajuan bidang wisata, tarian daerah Banten tersebut pun semakin lestari.

Para penari yang memperagakan kesenian tersebut jumlahnya kisaran 5 hingga 7 orang. Busana yang dikenakan didominasi oleh warna putih yang khas dengan daerah Banten. Tarian yang gemulai serta iringan suaranya yang indah menjadikan Tari Katur tetap menarik hingga saat ini.

Tari Gitik Cokek

Di Tangerang, Banten tarian Gitik Cokek telah berkembang dari abad ke 19. Cokek merupakan sebutan kebaya yang akan dikenakan oleh para penari tarian daerah Banten yang satu ini. Tarian tersebut sekilas akan terlihat mirip dengan Ronggeng yang berasal dari Jateng dan Sintren dari Cirebon. Orang pertama yang memperkenalkan tari tersebut adalah tuan tanah dari Tionghoa yang mendiami Tangerang.

Ia mempersembahkan penari dengan jumlah 3 orang untuk berpartisipasi di acara pesta hiburan rakyat. Lalu, ia juga menambahkan seorang gadis cantik dan mampu menari berdiri sendiri sebagai penari kelompok dan menjadi terkenal. Oleh karena itu, dijuluki sebagai Tari Gitik Cokek.

Tari Marhaban

Tari Marhaban merupakan tarian yang akarnya dari kesenian tarian rampak bedug, patingtung, terbang gede, rudat, dan pencak silat. Tarian tersebut juga menjadi sebuah kreasi baru yang tujuannya untuk melestarikan budaya asli daerah Banten. Gerak koreografi pada tarian tersebut dibuat dengan ekspresif, variatif, mudah, dan sederhana.

Busana yang digunakan para penari Marhaban pun menyesuaikan berdasarkan kebutuhan acara. Namun, sering tampak para penari mengenakan kebaya dengan lengan yang panjang, sinjang, serta manset yang panjang. Aksesoris kostum pada tarian daerah Banten tersebut juga menggunakan hiasan kepala misalnya saja seperti ikat kepala, bros, maupun kerudung.

Baca juga kumpulan materi menarik lainnya di Jurnal Indonesia.