close

Sejarah Kerajaan Buleleng

Asal Usul dan Sejarah Kerajaan Buleleng secara singkat

Buleleng merupakan kerajaan bercorak Hindu yang tertua di Pulau Bali. Kerajaan Buleleng didirikan untuk menyatukan berbagai wilayah yang terletak di Bali Utara. Pendiri kerajaan ini adalah I Gusti Anglurah Panji Sakti. Pusat pemerintahannya berada di Buleleng. Daerah ini terletak di pesisir pantai. Hal ini menjadikannya sering dikunjungi oleh berbagai kapal yang kebetulan lewat.

Perekonomian Kerajaan Buleleng bersumber dari perdagangan dan juga pertanian. Kedua hal tersebut membuat perekonomian di sana sangat maju. Selain itu, terdapat Hukum Tawan Karang yang sangat tidak disukai Belanda. Belanda meminta hukum tersebut dihapus tetapi ditolak. Pada akhirnya, Belanda menyerang Buleleng dan berhasil menguasainya.

Letak dan Pendiri Kerajaan Buleleng

Buleleng terletak di daerah Bali Utara. Berbagai wilayah yang terdapat di Bali Utara disatukan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti sehingga menjadi sebuah kerajaan. Daerah-daerah tersebut sebelumnya bernama Den Bukit. Setelah I Gusti Anglurah Panji Sakti berkuasa, daerah Den Bukit disatukan dan beribukota di Buleleng.

Kerajaan Buleleng mengalami simpang siur dalam sejarahnya. Buleleng sempat kalah dari Kerajaan Mengwi sehingga pusat pemerintahannya berpindah tetapi berhasil merdeka dan pusat pemerintahannya kembali. Kemudian, Buleleng kembali dikalahkan Karangasem sehingga pusat pemerintahannya pindah lagi. Barulah ketika jatuh ke tangan Belanda, pusat pemerintahannya kembali ke Buleleng.

Buleleng didirikan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti yang merupakan putra dari penguasa Gelgel yaitu I Gusti Ngurah Jelantik dengan selirnya Si Luh Pasek. Sejak berusia 12 tahun, beliau diasingkan ke daerah Bali Utara. Di daerah ini, I Gusti Anglurah Panji Sakti malah berhasil menguasai daerah-daerah yang ada di sana dan mendirikan Kerajaan Buleleng.

I Gusti Anglurah Panji Sakti terkenal memiliki banyak kesaktian. Kesaktian tersebut membuatnya disegani kawan maupun lawan. Beliau membawa 40 orang prajurit, senjata pusaka, ibunya, dan pamannya. Dengan adanya dukungan tersebut, beliau berhasil menyatukan daerah Bali Utara dan mendirikan Buleleng sebagai kerajaan baru. Sayangnya, kejayaan kerajaan ini hanya berlangsung secara singkat.

Kehidupan Kerajaan Buleleng

1. Kehidupan Politik Kerajaan Buleleng

Kehidupan politik di Kerajaan Buleleng dipengaruhi oleh sistem politik kerajaan sebelumnya yang juga bercorak Hindu. Raja Buleleng dalam pemerintahannya dibantu oleh Badan Penasehat Pusat. Badan ini terdiri dari pendeta dan juga senapati, Keduanya memiliki tugas dan fungsi masing-masing.

Pendeta bertugas membantu raja dalam mengurus permasalahan yang menyangkut sosial dan keagamaan. Senopati bertugas membantu raja dalam mengurus persoalan pemerintah dan hukum. Kedua lembaga tersebut membuat sistem pemerintahan Buleleng teratur.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Buleleng

Perekonomian Buleleng bertumpu pada dua bidang, yaitu perdagangan dan pertanian. Perdagangan di Buleleng sangat maju. Hal ini dipengaruhi oleh letaknya di pesisir sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari berbagai daerah. Buleleng sendiri memiliki komoditas perdagangan berupa kuda. Kuda yang berasal dari Buleleng terkenal akan kualitasnya.

Dalam sektor pertanian, Buleleng juga mengalami kemajuan. Sistem pertaniannya sudah tergolong maju. Hal ini ditandai dengan berbagai istilah sawah, kebun, ladang, pengairan, membajak, menumbuk, dan panen. Berbagai hal tersebut menandakan sistem pertanian Buleleng tidak jauh berbeda dengan sekarang.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Buleleng

Strata sosial pada pemerintahan Buleleng tidak begitu berbeda dengan sekarang. Sebagian besar rakyat hidup di daerah tersendiri. Rakyat tersebut dipimpin oleh seorang tetua. Tetua adalah seseorang yang dianggap memiliki pengaruh, pandai, dan sanggup mengayomi rakyat yang dipimpinnya.

Kehidupan sosial kerajaan Buleleng sendiri juga dibagi menjadi sistem kasta dan luar kasta. Hal ini dilatarbelakangi ajaran Hindu. Selain itu, terdapat sistem penamaan untuk anak yang baru lahir. Sistem penamaan ini dipakai sampai sekarang.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Buleleng

Agama yang menjadi inti dari Kerajaan Buleleng adalah aliran Hindu Syiwa. Hal ini terlihat jelas pada pemujaannya berupa punden berunduk, Selain itu, aliran Buddha juga berkembang di Buleleng. Hal ini dibuktikan dengan adanya stupa dan arca Buddha.

Kedua agama ini memegang peranan penting dalam pemerintahan Buleleng. Pendeta Hindu dan Biksu Buddha menjadi Badan Penasihat Raja. Keduanya bertugas membantu raja dalam mengatasi persoalan yang berhubungan dengan agama dan sosial.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Buleleng

Buleleng memiliki berbagai kebudayaan yang berkembang secara pesat. Salah satu bentuk kebudayaan yang berkembang pesat adalah kesenian. Terdapat dua macam kesenian, yaitu rakyat dan keraton. Seni rakyat terdiri dari berbagai kesenian yang hidup di lingkungan tempat tinggal rakyat. Salah satu contohnya adalah topeng dan wayang keliling.

Seni keraton adalah kesenian yang hidup di lingkup istana. Senimannya biasanya bekerja untuk kerajaan secara langsung. Salah satu contoh seni keraton adalah gamelan dan juga seni topeng.

Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Buleleng

Sistem Pemerintahan di Kerajaan Buleleng sebenarnya sangat ringkas. Raja merupakan penguasa tertinggi dan mengatur bagaimana pemerintahan berjalan. Untuk membantu tugas raja, terdapat Badan Penasihat Raja yang terdiri dari pendeta dan senapati. Keduanya membantu raja dalam persoalan sosial, agama, hukum, dan pemerintahan.

Rakyat juga hidup dalam daerahnya sendiri-sendiri secara berkelompok. Tiap kelompok dipimpin oleh tetua yang dianggap mampu untuk mengayominya. Jaminan hukum untuk rakyat juga dijunjung tinggi. Jika rakyat ingin mengutarakan pemikirannya, mereka boleh menghadap raja dengan didampingi oleh tetua masing-masing.

Silsilah Raja Kerajaan Buleleng

1. I Gusti Anglurah Panji Sakti

I Gusti Anglurah Panji Sakti merupakan pendiri Kerajaan Buleleng. Beliau mendirikan Buleleng dengan mempersatukan berbagai daerah di Bali Utara. Masa pemerintahannya sendiri menjadi zaman keemasan Buleleng. Hanya saja kekuasaan Buleleng mulai goyah akibat banyaknya perebutan kekuasaan keturunannya. Beliau berkuasa dari tahun 1660 hingga 1699 masehi.

2. Gusti Panji Gede Danudarasta

Gusti Panji Gede Danudarasta merupakan penguasa kedua Buleleng. Beliau merupakan putra dari I Gusti Anglurah Panji Sakti. Masa pemerintahannya sendiri tidak semulus ayahnya. Pada akhir pemerintahannya, Buleleng kalah melawan Kerajaan Mengwi sehingga pusat pemerintahan dipindahkan ke Mengwi. Gusti Panji Gede Danudarasta menjabat dari tahun 1699 hingga 1732 masehi.

3. Gusti Alit Panji

Gusti Alit Panji adalah penguasa ketiga Kerajaan Buleleng. Beliau merupakan putra Gusti Panji Gede Danudarasta. Pada masa pemerintahannya, Buleleng berhasil lepas dari kekuasaan Mengwi pada tahun 1752. Beliau menjabat dari tahun 1732 hingga 1765 masehi.

4. Gusti Ngurah Panji

Gusti Ngurah Panji adalah penguasa keempat Buleleng, Beliau merupakan putra Gusti Alit Panji. Gusti Ngurah Panji hanya menjabat selama setahun pada 1765 masehi.

5. Gusti Ngurah Jelantik

Gusti Ngurah Jelantik adalah penguasa kelima Buleleng. Beliau merupakan putra Gusti Ngurah Panji. Pada akhir pemerintahannya, Buleleng kembali kalah melawan Karangasem. Hal ini menjadikan Buleleng menjadi bagian dari Kerajaan Karangasem. Gusti Ngurah Jelantik menjabat dari tahun 1765 hingga 1780 masehi.

6. Gusti Made Singaraja

Gusti Made Singaraja adalah penguasa keenam Buleleng, Beliau merupakan keponakan dari Gusti Made Jelantik. Saat beliau berkuasa, Buleleng sudah menjadi bagian dari Karangasem. Gusti Made Singaraja mulai berkuasa pada tahun 1793 masehi. Tidak diketahui kapan berakhirnya masa jabatannya. Posisi beliau digantikan oleh anggota Kerajaan Karangasem untuk memerintah Buleleng.

Sepeninggal Gusti Made Singaraja, Kerajaan Buleleng tetap menjadi bagian dari Karangasem sampai munculnya Belanda. Belanda menyerang Buleleng karena hukum tawan karang yang memberatkan. Pada akhirnya Belanda berhasil memenangkan perang dan menguasai Buleleng. Kekuasaan Karangasem dihapuskan. Buleleng kembali diperintah keturunan I Gusti Anglurah Panji Sakti sejak 1849 masehi.

Masa Kejayaan Kerajaan Buleleng

Kerajaan Buleleng mengalami kejayaan pada masa pemerintahan I Gusti Anglurah Panji Sakti. Hal ini dikarenakan sosoknya yang penuh kharismatik sehingga disegani kawan maupun lawan. Pada masa pemerintahannya, Buleleng memiliki daerah kekuasaan yang luas hingga ke Kerajaan Blambangan di ujung timur pulau Jawa.

Sangat disayangkan, kejayaan Buleleng memudar setelah I Gusti Anglurah Panji wafat. Keturunannya memperebutkan kekuasaan sehingga pemerintahan Buleleng goyah. Hal ini mengakibatkan Buleleng dikuasai oleh Mengwi.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Buleleng

1. Perebutan Kekuasaan

Perebutan kekuasaan menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Buleleng. Hal ini terjadi setelah I Gusti Anglurah Panji wafat. Keturunannya berambisi memperebutkan kekuasaan Buleleng. Pemerintahan Buleleng menjadi tidak stabil sehingga mudah diserang kerajaan lain jika ingin memperebutkannya.

2. Kalah Melawan Kerajaan Mengwi

Perebutan kekuasaan membuat kekuatan Buleleng melemah. Hal ini dimanfaatkan Kerajaan Mengwi untuk menyerangnya. Serangan kerajaan Mengwi berhasil mengalahkan Buleleng. Buleleng akhirnya menjadi bagian dari Mengwi pada tahun 1732. Lebih tepatnya lagi pada akhir pemerintahan Gusti Panji Gede Danudarasta.

Buleleng sebenarnya berhasil merdeka pada tahun 1752. Lebih tepatnya pada masa pemerintahan Gusti Alit Panji. Hanya saja, kekuasaannya sudah melemah jadi tidak sekuat dulu ketika berjaya.

3. Kalah Melawan Kerajaan Karangasem

Buleleng kembali mengalami kekalahan ketika berperang melawan Karangasem. Hal ini menandakan keruntuhannya. Buleleng kembali menjadi bagian Karangasem mulai tahun 1780 masehi. Penguasa selanjutnya dipilih dari keluarga Kerajaan Karangasem. Jadi, keturunan I Gusti Anglurah Panji Sakti tidak berhak menguasai Buleleng.

4. Kalah Melawan Belanda

Ketika sudah dibawah kekuasaan Karangasem, Buleleng harus menghadapi Belanda. Belanda sangat tidak setuju dengan hukum tawan karang dan meminta agar dihapuskan. Permintaan tersebut ditolak dan berujung serangan Belanda. Serangan ini menjadi keruntuhan Buleleng. Belanda akhirnya mengalahkan Buleleng. Kekuasaannya dikembalikan lagi ke keturunan I Gusti Anglurah Panji Sakti.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Buleleng

1. Prasasti Malatgede

Prasasti Malatgede merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Buleleng yang masih eksis sampai sekarang. Prasasti ini terdiri atas 2 baris. Baris pertama berisi tahun pembuatan. Baris kedua berisi nama-nama tokoh. Prasasti ini berhasil ditemukan M.M Sukarto K. Atmodjo tahun 1965.

2. Pura Penegil Dharma

Pura Penegil Dharma menjadi salah satu peninggalan Buleleng yang sejarahnya sangat panjang. Sejarah ini merujuk pada kedatangan Maha Rsi Markandeya dan Ugrasena. Terletak di Desa Bulian dan Kubutambah.

3. Pura Tirta Empul

Pura Tirta Empul merupakan peninggalan Buleleng berupa pemandian suci yang indah, Airnya berasal dari mata air dalam Pura. Terletak di daerah Tampaksing Gianyar.

4. Prasasti Blanjong

Prasasti Blanjong menjadi peninggalan Kerajaan Buleleng yang eksis dan unik. Terdiri dari dua huruf yaitu Kawi dan Bali Kuno. Isinya menceritakan sejarah Bali. Letak Prasasti ini berada di Pura Blanjong.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Jurnal Indonesia