Polresta Sleman telah berhasil mengungkap kasus penyekapan di jogja sleman yang terjadi di wilayah Sleman, Yogyakarta, yang melibatkan seorang wanita berinisial H (39) dan korban bernama I (42) yang merupakan penduduk Kota Jogja. Kasus ini menjadi sorotan karena melibatkan permasalahan utang yang awalnya sebesar Rp 2 juta namun kemudian meningkat drastis menjadi Rp 28 juta. Pelaku penyekapan, yang diketahui merupakan residivis dalam kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), akhirnya berhasil ditangkap setelah polisi menemukan korban bersama tiga orang lainnya di lokasi kejadian.
Kasat Reskrim Polresta Sleman, AKP Riski Adrian, menyatakan bahwa pihak kepolisian tengah mempertimbangkan apakah tindakan pelaku dapat dikategorikan sebagai tindak pidana perdagangan orang, mengingat latar belakangnya sebagai residivis dalam kasus serupa. Penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengungkap motif sebenarnya di balik peristiwa penyekapan ini.
Barang bukti yang berhasil disita oleh pihak kepolisian termasuk dokumen identitas korban seperti KTP dan akta kelahiran. Pelaku, yang kini dihadapkan pada ancaman hukuman delapan tahun penjara berdasarkan Pasal 333 ayat 1 KUHP, akan menjalani proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Keterangan yang diperoleh dari korban mengungkapkan bahwa peristiwa penyekapan ini berawal dari utang yang korban miliki terhadap pelaku. Pada bulan Desember 2022, korban meminjam sejumlah uang dari pelaku dengan jumlah awal sebesar Rp 2 juta. Namun, pada bulan November 2023, pelaku tiba-tiba menagih korban sejumlah uang yang jauh lebih besar, mencapai Rp 28 juta, dengan alasan bahwa itu merupakan denda atas tunggakan utang korban.
Modus operandi pelaku sebelumnya telah terungkap, di mana ia sering menggunakan koperasi palsu tanpa memberlakukan syarat yang rumit kepada para korban. Hal ini memudahkan pelaku untuk meminjamkan uang dengan cepat. Namun, yang menjadi permasalahan adalah besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh para peminjam yang sering kali melampaui batas wajar.
Penyekapan di jogja sleman tersebut terungkap setelah korban berhasil menghubungi salah satu anggota Polres Bantul melalui pesan Instagram, memberikan lokasi penyekapan, dan kemudian ponselnya tidak aktif lagi. Informasi tersebut kemudian diteruskan ke Polresta Sleman yang segera bergerak cepat untuk menindaklanjuti.
Dari penggerebekan yang dilakukan oleh pihak kepolisian, tidak hanya korban yang ditemukan di lokasi kejadian, tetapi juga tiga orang lainnya yang juga memiliki masalah utang dengan pelaku. Mereka ditemukan bekerja di lokasi tersebut tanpa mendapatkan upah yang layak, atau bahkan tidak dibayar sama sekali, sebagai akibat dari utang yang belum mereka lunasi kepada pelaku.
Keterangan korban juga menunjukkan bahwa sebelum disekap, korban dijemput paksa oleh tiga orang yang merupakan orang suruhan pelaku. Mereka kemudian membawa korban ke ruangan tertentu dan menahannya di sana selama satu hari penuh.
Kasus ini menggambarkan betapa kompleksnya masalah perutangan yang dapat mengarah pada tindakan kekerasan dan penyekapan. Hal ini juga menyoroti pentingnya perlindungan hukum terhadap para korban agar mereka tidak menjadi mangsa eksploitasi dan kekerasan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Semua pihak berharap agar kasus ini dapat diselesaikan dengan adil dan segera mendapatkan keadilan bagi korban serta memberikan efek jera bagi para pelaku tindak kejahatan serupa di masa mendatang.